Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahawasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahawasanya Nabi Muhammad S.A.W adalah hamba dan rasul-Nya.
Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah (Al-Quran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Thursday, January 27, 2011

Cinta Kepada Allah & Ibadah


Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi


Ada apa antara cinta dengan ibadah?

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

“…Pokok semua amalan adalah kecintaan. Seorang manusia tidak akan melakukan amalan/perbuatan kecuali untuk apa yang dicintainya, boleh berupa keinginan untuk mendapatkan manfaat atau demi menolak madharat. Apabila dia melakukan sesuatu; maka boleh jadi hal itu terjadi kerana untuk mendapatkan sesuatu yang disenangi seperti makanan, atau kerana sebab luar yang mendorongnya seperti memakan ubat.

Adapun ibadah kepada Allah itu dibangun di atas kecintaan, bahkan ia merupakan hakikat/inti daripada ibadah. Sebab seandainya kamu melakukan sebentuk ibadah tanpa ada unsur cinta nescaya ibadahmu akan terasa hampa tak ada ruhnya sama sekali padanya…” (al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid [2/3] cet. Makt. al-’Ilmu)


Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,

“… Tidak akan sempurna tauhid seorang hamba sampai sempurna kecintaan hamba tersebut kepada Rabbnya dan kecintaan kepada-Nya harus lebih didahulukan di atas semua perkara yang dicintainya dan mengalahkan itu semua serta kecintaan kepada Allah itulah yang menghakimi semua kecintaan yang lain sehingga semua yang dicintai oleh hamba tersebut senantiasa mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan meraih kebahagiaan dan keberuntungan dirinya.” (al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95)


Menggapai manisnya iman dengan cinta

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara yang barangsiapa ketiganya terdapat dalam dirinya nescaya dia akan merasakan manisnya iman.

[1] Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya.

[2] Tidaklah dia mencintai seseorang kecuali kerana Allah.

[3] Dia benci kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan dirinya darinya sebagaimana orang yang tidak suka dilemparkan ke dalam kobaran api.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Kamu ini memang aneh!

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Sungguh sebuah perkara yang amat menghairankan tatkala kamu telah mengenal-Nya lantas kamu justeru tidak mencintai-Nya.

Kamu mendengar da’i yang menyeru kepada-Nya namun kamu justeru berlambat-lambat dalam memenuhi seruan-Nya.

Kamu menyadari betapa besar keuntungan yang akan dicapai dengan bermuamalah dengan-Nya namun kamu justeru memilih bermuamalah dengan selain-Nya.

Kamu mengerti betapa berat risiko kemurkaan-Nya namun kamu justeru nekad membangkang kepada-Nya.

Kamu boleh merasakan betapa pedih kegalauan yang muncul dengan bermaksiat kepada-Nya namun kamu justeru tidak mau mencari ketenteraman dengan cara taat kepada-Nya.

Kamu boleh merasakan betapa sempitnya hati tatkala menyibukkan diri dengan selain ucapan-Nya atau pembicaraan tentang-Nya namun kemudian kamu justeru tidak merindukan kelapangan hati dengan cara berdzikir dan bermunajat kepada-Nya.

Kamu pun boleh merasakan betapa tersiksanya hatimu tatkala bergantung kepada selain-Nya namun kamu justeru tidak meninggalkan hal itu menuju kenikmatan yang ada dalam pengabdian serta kembali bertaubat dan taat kepada-Nya.

Dan yang lebih aneh lagi daripada ini semua adalah kesadaranmu bahwa kamu pasti memerlukan-Nya dan bahwa Dia merupakan sosok yang paling kamu perlukan, akan tetapi kamu justeru berpaling dari-Nya dan mencari-cari sesuatu yang menjauhkan dirimu dari-Nya.”
(al-Fawa’id, hal. 45)


Mana bukti cintamu?

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Katakanlah (Muhammad): ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, nescaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31). 

Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.


No comments: